Blogroll

Selamat Datang di Blogger Palang Merah Remaja WIRA MANSDA Jln. Jenggolo No. 02 (Belakang Stadion Lama)SIDOARJO

Monday, October 19, 2015

by maulidiah annisa


Tetanggaku Idolaku
Maya masih menyandarkan tubuhnya pada sebuah dinding putih. Seperti biasanya ia selalu menghiasi hari sore dengan seulas senyum manis penghias wajah Indo-Turki itu. Tiba-tiba, “hai” sebuah sapaan membuyarkan gambaran awan dalam benaknya . “hai kamu, ayo masuk”

            Bruk !!!! “apa itu” dengan iringan langkah , oliv mendekati sumber suara itu dan......... “wow!!! Maya-maya sini!! Namun langkah gontai lah yang mengiringinya menuju Oliv “apa sih?” seraya menunjukkan katanya ia berkata “He maya, kira nya da tetanggaku Idolaku” Maya acuh tak acuh dan degan santai ia berkata “oh”.
            Oliv masih tersenyum dan terngiang akan wajah Alex, tetangga baru, Ia membuat bising suasana dapur dengan ocehan-ocehan tentang Alex. Dan ...... ia pun tidak menyadari bahwa Maya acuh kepadanya . Ya!!! Maya memang tidak layaknya Oliv. Ia tidak terobsesi denganhal seperti itu.
            “haloo!! Eh maya kita jadi keluarkan? Emm yuk” bertubi-tubi ocehan itu dan Maya hanya menjawab ‘terserah” namun Oliv tetap bersemangat “oke kita nongkrong di depan rumahmu dan mengharap tetangga itu lewat, hahahaha” “Boleh” . tak lama kemudian...... “permisi, maaf saya boleh gabung dengan kalian”. “iya boleh-boleh” sahut Oliv dengan girangnya. Mungkin boleh dibilang malam ini adalah Malam terindah Oliv. Selain bintang-bintang, ada satu bintang yang lebih cerah dan itu di hadapannya. Oliv menganggap keramahan Alex adalah lukisan hatinya pada oliv, padahal pandangan Alex selalu tertuju pada Maya yang hanya senyum simpul menanggapi pandangan Alex. Udara dingin pun semakin terasa, Oliv memutuskan kembali kerumahnya berbeda dengan Maya dan Alex yang ingin tetap menghabiskan malam keakraban hubungan. “kamu cantik” sepatah kata itu memecahka keheningan diantara keduanya, seolah mengerti pikiran Alex. Maya berkata “oliv naksir sama kamu tuh” “hehe emang aku kan pangeran, jai tidak heran setiap wanita terpukau oleh pesonaku” kata Alex dengan nada bersahabat. “hehe, pantas Oliv menyukaimu” tapi aku terpukau pada wanita yang di dekatku, ingin rasanya dia dekat aku selamanya” Kata alex sembari menyuguhkan senyum. Malam semakin larut mereka memutuska untuk melanjutkan perbincangan besok pagi.
            Syukurlah mentari masih menyinari alam ini, Oliv bengkit dari ranjangnya dan dengan senangnya . ia bersiap-siap untuk menjalankan rencananya , lari pagi bersama sang pangeran. “hai May” sapanya pada Maya. “pagi”. “emmm ohya aku telah menyusun sejuta kata agar tetanggaku Idolaku itu menyatakan cinanya kepadaku”. May a hanya tertegun , membayangkan perkataan Alex padanya dan tentu respon Alex terhadap Oliv. Tiba-tiba “hai kalian”. “hai “ sapa Oliv dengan gembira seraya menempatkan dirinya disamping Alex dan membuat Alex lebih jauh dari Maya. Selama lari hanya ocehan Oliv yang mengiringi suasana itu. Tiba-tiba Alex, mengapa kau baik seklai? Mengapa kau mau berteman dengan kami dan mengapa kamilah yang menjadi tujuanmu dalam posisimu sebagai tetanggabaru ini?” alex tau , tujuan ucapan itu adalah diri Oliv sendiri. Dan sesuai ucapan Maya ia harus berkata “jika kau berdiri disampingku untuk waktu yang lama, apakah kau bersedia?” langkah mereka terhenti tanpa pikir panjang dan menyadar Maya disampingnya “selamapun, dan kapanpun kau minta” Maya hanya menarik nafas dalam-dalam menenangkan dirinya dengan tetap memperhatikan mata Alex yang sesunguhnya penuh cinta padanya. Namun apakah arti Alex dibandingkan Oliv yang menemaninya sejak kecil? Rupnya langkah kaki Maya semakin Rapuh.
            Maya menghembaskan diri dan mendekap boneka lumba-lumbanya, dan melirik ponsel di sampingnya, tak lama kemudian......
‘ bagaimana denganmu?’ Sebuah sms dari Alex.
‘jangan khawatirkan kau sudah benar’ balaas Maya.
‘nanti sore kita ketemuan di Taman dekat rumah’. Balas Alex.
            “astaga” . maya terkejut melihat Oliv sedang menagis. Namun mengapa alex tetap mendekapnya? Dengan berusaha menghilangkan  hal buruk dalam pikirannya dan sejuta keberanian untuk menghampiri mereka. “maya maafkan aku, aku tau kejadian itu begitu singkat dan Alexpun telah menceritakan semua padaku meski ia tetangga baru namun kulihat kesungguhan pada dirinya”. Tak kuasa menahan air mata maya memeluk oliv denga erat seraya berkata “kita sahabat”. Alex memutuskan untuk melepaskan oliv namun ia tak mau menjalin hubungan dahulu dengan maya karena ia tahu bahwa sahabatnya masih ia butuhkan.

No comments:

Post a Comment

  Google Pagerank Powered by  MyPagerank.Net

Translate

Web Blog

Blogger news

Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net

Recent Comments