Blogroll

Selamat Datang di Blogger Palang Merah Remaja WIRA MANSDA Jln. Jenggolo No. 02 (Belakang Stadion Lama)SIDOARJO

Saturday, May 16, 2015

Pentingnya Hidup Disiplin



ORGANISASI vs SEKOLAH

Oleh : Dewinta Intan 


Hari masih terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah. Diana sedang menghirup teh di balkon rumahnya. Ia mengenakan seragam batik dan rok putih. Dapat dipastikan yang ia kenakan adalah seragam murid SMA. Diana sedang memperhatikan sepasang burung yang berkicau di halaman depan rumahnya. Dengan di temani teh buatan ibunya, ia bisa membuat dirinya begitu santai dan siap untuk memulai harinya.
"Ah... Masih pukul 06.00," gumamnya.
Ia pikir masih ada waktu seperempat jam untuk duduk di balkon dan membaca buku pelajaran. Tiba - tiba Diana teringat dengan kewajibannya. Ia segera memasukkan bukunya. Sekarang ia siap berangkat ke sekolah.
***
Di depan tampak sebuah sekolah yang ramai. Seorang laki - laki dengan kemeja batik biru sederhana berdiri tegak di depan gerbang sekolah. Laki - laki sederhana itu tersenyum arif. Diana pun membalasnya dan kemudian masuk menuju kelasnya.Pada saat menaiki tangga ia mendengar suara candaan teman - temannya. Seperti biasa, mereka terlihat sibuk mengerjakan tugas sekolah.
“Teeettttt.....," bel berbunyi. Tanda pelajaran akan di mulai. Terlihat sosok guru yang anggun memasuki kelas Diana.
"Anak - anak, hari ini sebelum pelajaran di mulai, ibu akan membagikan rapor sisipan. Untuk itu kalian maju ke depan sesuai nomor absen."
Satu persatu murid pun maju ke depan untuk mengambil rapor. Diana merasa resah menunggu nomor urutannya. Beberapa menit kemudian, kini giliran Diana yang maju. Ia memegang erat rapornya itu.Diana pun membukanya perlahan. Tiba - tiba ia meneteskan air mata melihat nilainya. Ia benar - benar merasa kecewa dengan dirinya sendiri.
****
Sepulang sekolah Diana termenung di dalam kamarnya. Ia mengingat kembali apa yang telah terjadi. Meskipun perempuan, Diana terpilih menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Dari situ ia mulai sibuk, dan sulit membagi waktu. Di samping itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Karang Taruna di desanya.
Sempat terlintas di fikirannya untuk keluar dari organisasinya tersebut. Ia ingin fokus pada sekolahnya dan meraih prestasi. Namun, setiap kali ia berniat melakukannya, niatnya selalu gagal. Bukan tanpa alasan ia tidak bisa berhenti dari organisasi. Itu di karenakan ia sudah mendapat kepercayaan dari teman - teman organisasinya. Bagaimanamungkin ia egois keluar, sementara teman - temannya berjuang untuk organisasi sekolah.


"Meong...meong,"suara kucing menyadarkan lamunannya.
"Eh puss, sini ayo sama aku," ajaknya.
Diana pun menggendong kucing tersebut. Baginya,hanya yuppi, kucing peliharaannya yang dapat ia percaya mendengarkan curahan hatinya.
***
Keesokan harinya, Pada mading sekolah terpasang pengumuman lomba kedokteran. Diana sangat senang mengetahui hal itu dan berniat mengikutinya.Namun, permasalahannya pelaksanaan lomba bertepatan dengan kegiatan yang hendak di laksanakannya. Ia pun terdiam sejenak memikirkan hal itu.
"Whooa...,"tiba - tiba dari belakang seorang teman mengagetkannya
"Kamu apaan sih Ren ngagetin aja," gerutu diana
"Iya maaf deh. Eh, kamu mau ikut lomba ini?"
"Belum tau. Aku masih bingung sempet apa engga ikutan ini."
"Udah ayo ikut aja, sekelompok sama aku."
"Aku fikirkan dulu deh."
"Yasudah kalau begitu."
Rena pun pergi meninggalkannya. Diana sangat kebingungan memutuskan hal ini. Ia pun mengabaikannya dan pergi mengurus kegiatannya lagi.
***
Hari - hari Diana bulan ini di penuhi kesibukan. Mulai dari tugas sekolah, ulangan harian, dan kegiatan organisasinya. Karena itulah ia sering pulang malam dan tidak sempat belajar. Meskipun ia mempunyai banyak anggota yang seharusnya dapat membantu ia dalam kegiatan, namun ternyata tidak. Nyatanya,dalam berbagai kegiatan Diana selalu turun tangan.
***
Suatu ketika, Diana sedang menjalankan program kerjanya. Kegiatan ini sangat besar, sehingga menguras tenaga dan fikirannya. Permasalahan kemudian muncul saat ia merasa kelelahan mengerjakan semua keperluan kegiatannya sendirian. Padahal anggotanya yang lain tidak mempedulikannya. Diana tiba - tiba marah, dan langsung menemui sahabatnya Radit.
"Kenapa aku sebodoh ini, aku ketua tapi aku yang mengerjakan semua ini sendiri. Sementara anggotaku tidak peduli sama sekali. Lantas, untuk apa aku bertahan di organisasi ini demi mereka." ketus Diana.
"Ada apa ini? Kau datang langsung memarahiku? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Radit kebingungan.
"Maafkan aku..."ucap Diana sembari menangis.
"Jangan menangis. Coba jelaskan baik - baik kepadaku. Mungkin aku bisa membantu." jawab Radit menenangkannya.
"Aku merasa lelah, dit. Aku mengorbankan nilaiku di sekolah untuk organisasi ini. Tapi kenapa anggotaku tidak memperdulikanku sama sekali. Aku selalu mengerjakan kegiatan ini sendiri. Aku juga yang selalu di repotkan. Bukan hanya itu saja, setiap ada rapat mereka selalu absen dengan alasan banyak tugas sekolah. Apa mereka kira aku tidak? Aku bersabar selama ini untuk mereka, tapi ini balasannya."
"Sudahlah, iya aku mengerti. Kamu tenangkan dirimu dahulu, kemudian berpikirlah dengan jernih."
"Tidak dit. Keputusanku sudah bulat. Aku ingin keluar dari organisasi ini dan fokus ke sekolahku. Aku tidak ingin di manfaatkan seperti ini."
"Kamu tidak sedang di manfaatkan. Masalah ini seharusnya membuatmu semakin lebih baik. Coba koreksi dirimu sendiri, apakah kamu sudah menjadi ketua dengan benar. Hingga kamu malah merasa di manfaatkan."
"Lalu apa yang harus aku lakukan. Aku ingin jadi bintang kelas lagi. Aku ingin ikut perlombaan dan berprestasi seperti temanku yang lain. Aku hanya perempuan biasa, aku bisa apa."
"Justru itulah kelebihanmu dari teman yg lain. Tunjukin kalau dengan kamu ikut organisasi, prestasimu tetap meningkat. Kamu seharusnya memecahkan masalah ini bukan melarikan diri seperti ini."
Diana hanya menangis mendengar ucapan Radit. Sementara Radit langsung meninggalkannya.
***
Hingga larut malam Diana tidak bisa tidur. Ia mengingat ucapan Radit pada sore itu. Ia pun bangkit dari tidurnya dan mengambil alat tulis.
"Radit benar aku yang salah, aku tidak seharusnya seperti ini." ucapnya dalam hati.
Diana pun menulis semua kegiatanya. Kemudian membuatnya menjadi jadwal yang runtut. Diana juga membuat aturan untuk dirinya sendiri. Jika ia melanggar jadwal yang ia buat maka ia akan di kenakan denda. Denda itu sendiri bertujuan agar Diana sempat menyisihkan uangnya.
Sejak malam itu Diana berjanji akan memulai hidup yang teratur dan disiplin. Meskipun ia tau, hal itu sangat sulit di lakukan. Tapi Diana yakin dapat melakukannya.
***
Pagi harinya, Diana sangat bersemangat ke sekolah untuk menemui Radit. Ia berlari dari gerbang sekolah untuk mengejar Radit.
"Radit...." panggil diana dari kejauhan.
 Radit pun menoleh dan berjalan kearahnya.
"iya din? Ada apa ?"tanya Radit.
"Dit, terimakasih untuk yang kemarin ya."
"Oh yang kemarin itu ya. Tidak masalah, sesama teman memang harus mengingatkan." sembari tersenyum pada Diana.
"Tapi.... maaf, aku selalu merepotkanmu dit."
"Ahh tidak, jangan merasa begitu. Sudah ayo kita ke kelas." radit pun menarik tangan Diana dan mereka berjalan beriringan menuju kelas.
***
Kenaikan kelas pun tiba. Diana terlihat tegang sekali. Ia takut mengecewakan ke dua orangtuanya. Setelah menunggu beberapa lama, Ibu Diana pun keluar dari kelas dan menghampirinya.
"Sayang, ini rapormu. Coba kamu lihat sendiri bagaimana hasilnya." ucap ibu Diana tersenyum sambil menyerahkan rapor itu kepadanya
Diana takut sekali melihat hasil rapornya. Perlahan ia melihat nilainya dengan perasaan tidak percaya. Ternyata nilainya tidak mengecewakan. Walaupun tidak menjadi bintang kelas, ia masih dapat masuk 3 besar di kelasnya. Sekarang Diana sadar, sibuk Organisasi bukan alasan ia tidak dapat meraih prestasi. Nyatanya, hari ini Diana masih bisa meraih juara. Meskipun untuk menyeimbangkan ke duanya ia harus berusaha keras. Tapi, jika ia berhasil maka hasilnya akan lebih berkesan.
****
Dari hari itu, sekarang Diana menjadi Ketua Osis yang lebih baik lagi. Ia menjadi lebih tegas kepada anggotanya sehingga ia tidak merasa di manfaatkan lagi. Prestasinya di sekolah dan luar sekolah semakin meningkat. Ia meraih juara olimpiade fisika se-provinsi. Kini sosok Diana dikagumi di sekolahnya.

No comments:

Post a Comment

  Google Pagerank Powered by  MyPagerank.Net

Translate

Web Blog

Blogger news

Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net

Recent Comments